BzQbqi7srrl67Hfvhy9V9FxE68wSdBLJV1Yd4xhl

Pengikut

Faktor Pentingnya Pendidikan Agama Islam

Faktor Pentingnya Pendidikan Agama Islam
Di dalam proses belajar mengajar terdapat 5 (lima) faktor yang ikut menentukan berhasil tidaknya pendidikan Agama Islam. Adapun kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Konsepsi Islam Tentang Pendidik;
  2. Konsepsi Islam Tentang Anak Didik;
  3. Konsepsi Islam Tentang Lingkungan;
  4. Konsepsi Islam Tentang Lembaga Pendidikan; dan
  5. Konsepsi Islam Tentang Alat Pendidikan.
Konsepsi Islam tentang Pendidik
Dalam melaksanakan pendidikan Agama Islam, pertama pendidik sangat penting artinya dalam proses pendidikan karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik karena memiliki ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis ke arah suatu perubahan secara berkelanjutan, sebagai sarana vital bagi membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik. 

Dalam pendidikan Agama Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. Dengan karakteristik menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadianya. Totalitas tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatnya. Dalam hal ini, karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, yaitu:
  1. Mempunyai watak dan sifat Rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah, laku, dan pola pikirnya;
  2. Bersifat ikhlas, melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT dan menegakkan kebenaran;
  3. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik;
  4. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi sesuai dengan prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan; 
  5. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan proporsional; dan
  6. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola berpikir peserta didik. 
Pendidik mempunyai tugas yang mulia sehingga Islam memandang pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang tidak berilmu dan orang-orang yang bukan sebagai pendidik. Tetapi disamping itu orang-orang yang berilmu tidak boleh menyembunyikan ilmu-ilmu yang dimilikinya itu untuk dirinya sendiri melainkan memberikannya kepada orang lain agar mereka menjadi berilmu (pandai).

Di dalam hal pendidik diwajibkan kepada para pendidik Islam harus memiliki adab yang baik karena anak didiknya sebagai contoh yang harus diikutinya dan hal ini harus diinsafi oleh pendidik. Mata para anak didik selalu tertuju kepadanya dan telinganya selalu mendengarkan tentangnya, maka bila ia menganggap jelek berarti jelek pula disisi mereka. Tugas lain ialah memiliki pengetahuan yang diperlukan pengetahuan-pengetahuan keagamaan dan lain-lainya. 

Pengetahuan ini tidak sekedar diketahui, tetapi juga diamalkan dan diyakininya sendiri. Ingatlah bahwa kedudukan pendidik adalah pihak yang lebih dalam situasi pendidikannya. Harus pula diingat bahwa pendidik adalah manusia dengan sifat-sifatnya yang tidak sempurna. Oleh karena itu, si pendidik harus selalu meninjau diri sendiri dari reaksi si anak, dari hasil- hasil usaha pendidikan, pendidik dapat memperoleh bahan-bahan kesamaan dari pihak si terdidik. Kecaman yang membangun pun besar sekali nilainya.

Konsepsi Islam tentang Anak Didik
Pengertian anak didik dalam hubungannya perkembangan anak secara dengan sengaja agar anak itu dapat mencapai kedewasaanya, hal ini hanyalah berlaku bagi orang yang belum dewasa, dalam hal ini anak. Adapun yang memberikan bantuan atau yang mempengaruhi anak didik itu dengan sengaja haruslah orang yang sudah dewasa yang dalam kejadian ini kita namakan pendidik. Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah kearah kedewasaan.

Anak didik di dalam mencari nilai-nilai hidup harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci (fitroh) sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidik agama anak didik. Dalam hal ini, keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
  1. Aspek Paedagogis;
  2. Aspek Sosiologis dan Cultural;
  3. Aspek Tauhid
Aspek Paedagogis
Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataan manusia dapat dikatagorikan sebagai animal yang artinya binatang yang dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik melainkan hanya dilatih secara dresser artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kerah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya.

Aspek Sosiologis dan Cultural
Menurut ahli sosiologis, pada prinsipnya manusia adalah mosciu yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki insting untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia yang memiliki rasa tanggung jawab sosial yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik dan saling pengaruh mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka.

Apabila manusia sebagai makhluk itu berkembang, maka berarti merupakan makhluk yang berkebudayaan, baik moral maupun material. Diantara satu insting manusia adalah adanya kecenderungan mempertahankan segala apa yang dimilikinya termasuk kebudayaannya dan transmisi (pemindahan dan penyaluran serta pengoperan) kebudayaan kepada generasi yang akan menggantikan di masa mendatang

Aspek Tauhid
Aspek tauhid ini ialah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, yang menurut istilah ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homoreligious artinya makhluk yang beragama. Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan atau beragama adalah di dalam jiwa manusia terdapat insting yang disebut insting religious (insting percaya pada Agama). Itulah sebabnya tanpa melalui proses pendidikan insting religious tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar. 

Dengan demikian, pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan insting religius tersebut untuk mendapatkan pengetahuan, keaktifan dan kemampuan tersebut maka anak perlu mendapatkan pendidikan dari pihak-pihak yang bertanggung jawb atau pendidik. Berbeda dengan anak hewan, begitu ia lahir induknya membiarkan anaknya tumbuhnya dan berkembang menjadi hewan dewasa karena hewan umumnya telah diberi perlengkapan yang memungkinkan untuk berkembang mencapai kedewasaan, yaitu insting yang dimilikinya.

Konsepsi Islam tentang Lingkungan
Lingkungan merupkan salah satu faktor pendidikan yang ikut serta menentukan corak pendidikan agama Islam yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik. Lingkungan yang dimaksud disini ialah lingkungan yang berupa keadaan sekitar yang mempengaruhi pendidikan anak. Untuk melaksanakan Pendidikan Agama Islam di dalam lingkungan ini perlu kiranya diperhatikan faktor-faktor yang ada di dalamnya sebagaimana di bawah ini :
  1. Perbedaan Lingkungan Keagamaan; dan
  2. Latar Belakang Pengenalan Anak Tentang Keagamaan. 
Perbedaan Lingkungan Keagamaan
Adapun yang dimaksud dengan lingkungan ini ialah lingkungan alam sekitar dimana anak didik berada yang mempunyai pengaruh terhadap perasaan dan sikapnya akan keyakinan atau agamanya. Lingkungan ini besar sekali perananya terhadap keberhasilan atau tidaknya pendidikan agama karena lingkungan ini memberikan pengaruh yang positif maupun yang negatif terhadap perkembangan anak didik.

Adapun yang dimaksud dengan pengaruh positif ialah pengaruh lingkungan yang memberi dorongan atau motivasi serta rangsangan kepada anak didik untuk berbuat atau melakukan segala sesuatu yang baik, sedangkan pengaruh yang negatif ialah sebaliknya yang berarti dorongan terhadap anak didik untuk menuju ke arah yang baik.

Dengan faktor lingkungan yang demikian itu yakni yang menyangkut pendidikan Agama perlu anak didik diberi pengertian dan pengajaran dasar-dasar keimanan karena Allah SWT telah menciptakan manusia dan seluruhnya isi alam ini dengan berbagai ragam, mulai dari keyakinan, keagamaan, jenis suku bangsa dan sebagainya. Adapun lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik ini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :
  1. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap Agama.
    Kadang-kadang anak mempunyai apresiasi unilistis, untuk itu ada kalanya keberatan terhadap pendidikan Agama dan ada kalanya menerima agar sedikit mengetahui masalah itu
  2. Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi Agama tetapi tanpa keinsafan batin
    Biasanya lingkungan yang demikian itu menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
  3. Lingkungan yang mempunyai tradisi Agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan Agama.
    Bagi lingkungan yang kurang kesadaranya, anak-anak akan mengunjungi tempat tempat ibadah dan ada dorongan orang tua, tetapi tidak kritis dan tidak ada bimbingan. Sedangkan bagi lingkungan agama yang kuat kemungkinan hasilnya akan lebih baik dan bergantung kepada baik buruknya pimpinan dan kesempatan yang diberikan. 
Latar Belakang Pengenalan Anak Tentang Keagamaan
Di samping pengaruh perbedaan lingkungan anak dari kehidupan Agama, maka timbul suatu masalah yang ingin diketahui anak tentang seluk beluk agama seperti anak menanyakan tentang siapa Tuhan itu, dimana letak surga dan neraka itu, siapa yang membuat alam ini dan sebagainya. Masalah-masalah tersebut perlu mendapat perhatian sepenuhnya dari pada pendidik (orang tua dan guru Agama) untuk memecahkan masalah ini perlu mengadakan pendekatan-pendekatan terhadap anak didik untuk memberi penjelasan dan membawanya agar anak didik menyadari dan melaksanakan apa yang diperintahkan dan dilarang agama serta mengerjakan hal-hal yang baik dan beramal sholeh. 

Oleh karena itu para pendidik baik orang tua, guru dan orang-orang dewasa harus dapat membawa anak didik kearah kehidupan keagamaan sesuai dengan ajaran agama Islam. Inilah salah satu tugas bagi seorang pendidik ialah menyiapkan anak agar dapat mencapai tujuan hidupnya yang utama, yaitu menyiapkan diri untuk masa yang akan datang. 

Dengan demikian agar tidak menimbulkan keraguan-keraguan terhadap anak didik akan Agama ini, maka sejak kecil sebelum menginjak usia sekolah harus ditanamkan keagamaan sebab anak pada saat yang demikian ini dalam keadaan masih bersih dan mudah dipengaruhi atau dididik ia ibarat kertas putih bersih belum ada coretan tinta sedikitpun. 

Konsepsi Islam tentang Lembaga Pendidikan
Berbicara tentang lembaga pendidikan, maka akan menyangkut masalah siapa yang bertanggung jawab atas penyelengaraan pendidikan di dalam lembaga itu. Oleh karena itu, sehubungan dengan hal itu perlu dibicarakan pula tempat-tempat dimana pendidikan itu dilaksanakan. Pada garis besarnya, lembaga-lembaga pendidikan itu dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu sebagai berikut : 
  1. Keluarga;
  2. Sekolah; dan
  3. Masyarakat.
Keluarga
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya (orang tuanya dan anggota yang lainya). Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. 

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga terutama pendidikan Islam dalam keluarga adalah sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian anak didik karena itu suasana pendidikan yang telah dialaminya pertama-tama akan selalu menjadi kenangan sepanjang hidupnya. 

Pendidikan Islam di dalam keluarga ini diperlukan pembiasaan dan pemeliharaan dengan rasa kasih sayang dari orang tuanya terutama. Hal ini adalah wajar karena masa kanak-kanak orang tuanyalah yang memegang peranan penting dalam pedidikan sebagai akibat adanya hubungan darah. Orang tua yang menyadari akan mendidik anaknya ke arah tujuan pendidikan Islam yaitu anak dapat berdiri sendiri dengan kepribadian muslim.

Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga karena makin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tangggung jawabnya sebagian kepada lembaga sekolah ini. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah juga memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran didalam keluarga. 

Guru adalah pendidik professional karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah sekaligus berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada semua guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat Guru.

Tugas guru dan pemimpin sekolah disamping memberikan ilmu pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan juga mendidik anak beragama. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik. Pendidikan budi pekerti dan keagamaan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah haruslah merupakan kelanjutan, setidak-tidaknya jangan bertentangan dengan apa yang diberikan dalam keluarga. 

Bagi setiap muslim yang benar-benar beriman dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam, mereka berusaha untuk mamasukkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang diberikan pendidikan agama atau ke sekolah umum yang memberikan pendidikan Agama secara terpisah pada jam-jam tertentu. Dalam hal ini mereka mengharapkan agar anak didiknya kelak memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam atau dengan kata lain berkepribadian muslim. Adapun yang dimaksud kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek baik tingkah lakunya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan, penyerahan diri kepada-Nya

Masyarakat
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga sudah keluarga dan sekolah. Pendidikan ini telah dimulai sejak anak-anak untuk beberapa jam sehari lepas dari asuhan keluarga dan berada diluar sekolah. Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang baik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan.Secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan Negara. Kebudayaan dan agama setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. 

Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat dan anak didik sendiri secara tidak sadar atau tidak mendidik dirinya sendiri mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan akan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan di dalam masyarakat. 

Dengan demikian, dipundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan sebab tanggung jawab pendidikan pada hakekatnya merupakan tanggung jawab moral setiap orang dewasa baik sebagai seseorang maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan.

Konsepsi Islam tentang Alat Pendidikan
Sebagaimana telah dibicarakan beberapa faktor pendidikan sangatlah menunjang hasil atau tidaknya proses pendidikan. Pada bagian ini akan dibicarakan faktor pendidikan yang lain berupa alat pendidikan yang memperlancar pelaksanaan proses pendidikan. Adapun yang dimaksud alat pendidikan disini adalah segala sesuatu atau hal-hal yang bisa menunjang kelancaran dari proses pelaksanaan pendidikan. Alat pendidikan ini berupa segala tingkah laku perbuatan (teladan), anjuran atau perintah, larangan, dan hukuman.
  1. Tingkah Laku Perbuatan Atau Teladan;
  2. Anjuran Atau Perintah;
  3. Larangan; dan
  4. Hukuman.
Tingkah Laku Perbuatan Atau Teladan
Segala tingkah laku perbuatan dan cara-cara berbicara akan mudah ditiru atau diikuti oleh anak didik. Oleh karena itu sebagai pendidik dalam hal ini harus memberikan contoh yang baik agar anak didiknya dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh pendidiknya. Hal yang demikian ini dapat melihat dorongan meniru pada anak-anak. Dengan contoh tingkah laku perbuatan, timbul gejala identifikasi yaitu penyamaan diri dengan orang yang ditiru. 

Hal ini sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak didik. Ini merupakan suatu proses yang ditempuh anak didik dalam mengenal nilai-nilai kehidupan. Mula-mula nilai-nilai kehidupan itu diserap anak didik tidak terasa kemudian hal ini dapat dimilikinya seperti ia mengikuti cara sembahyang yang dilakukan oleh orang-orang yang melakukanya. Dengan cara yang demikian itu, akhirnya anak dapat mengerjakan sembahyang sendiri dengan kesadaran.

Anjuran Atau Perintah
Apabila dalam contoh perbuatan tingkah laku tersebut anak didik dapat memperhatikan dan melihat apa yang dilakukan oleh orang lain (pendidik), maka dalam anjuran atau perintah ini anak didik dapat mendengar apa yang harus dilakukan.

Larangan
Larangan adalah suatu usaha yang tegas menghentikan perbuatan-perbuatan yang ternyata salah dan merugikan yang bersangkutan. Larangan ini merupakan suatu keharusan untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya, larangan mempersekutukan Allah, berlaku sombong dan sebagainya.

Hukuman
Setelah larangan yang diberikan ternyata masih adanya pelanggaran yang dilakukan tibalah waktunya memberikan hukuman. Ini umumnya membawa hal-hal yang tidak menyenangkan yang biasanya tidak diinginkan. Hukuman ini agar yang bersangkutan tidak mengulang perbuatan yang terlarang itu.

Demikian penjelasan singkat mengenai Faktor Pentingnya Pendidikan Agama Islam yang dirangkum dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Jika ada pertanyaan atau tanggapan sehubungan dengan artikel ini, silahkan tinggalkan pesan atau komentar di akhir postingan. Terima kasih.
Baca Juga:
Erisamdy Prayatna
Blogger | Advocate | Legal Consultant
Father of Muh Al Ghifari Ariqin Pradi

Baca Juga: