BzQbqi7srrl67Hfvhy9V9FxE68wSdBLJV1Yd4xhl

Pengikut

Faktor Penyebab Tindakan Terorisme

Faktor Penyebab Tindakan Terorisme
Menurut Wahid dan Sidiq (Abdul Wahid dan Sidiq, M. Imam. "Kejahatan Terorisme-Perspektif Agama, HAM dan Hukum". Bandung: Refika Aditama. 2004), terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadi tindakan terorisme, antara lain yaitu sebagai berikut :
  1. Kesukuan, Nasionalisme dan Separatisme;
  2. Kemiskinan, Kesenjangan serta Globalisasi;
  3. Non Demokrasi;
  4. Pelanggaran Harkat Kemanusiaan;
  5. Radikalisme Ekstrimisme Agama; dan
  6. Rasa Putus Asa dan Tidak Berdaya.
Kesukuan, nasionalisme dan separatisme
Tindak teror ini terjadi di daerah yang dilanda konflik antar etnis atau suku pada suatu bangsa yang ingin memerdekakan diri. Menebar teror akhirnya digunakan pula sebagai satu cara untuk mencapai tujuan atau alat perjuangan, sasarannya yaitu etnis atau bangsa lain yang sedang diperangi. Bom-bom yang dipasang di keramaian atau tempat umum lain menjadi contoh paling sering. Aksi teror semacam ini bersifat acak, korban yang jatuh pun bisa siapa saja.

Kemiskinan, kesenjangan, serta globalisasi

Kemiskinan dan kesenjangan ternyata menjadi masalah sosial yang mampu memantik terorisme. Kemiskinan memiliki potensi lebih tinggi bagi munculnya terorisme. Dengan terjadinya kesenjangan dan kemiskinan dapat menimbulkan terorisme, ini timbul karena merasa tidak adanya keadilan dalam kehidupan.

Non Demokrasi
Negara non demokrasi juga disinyalir sebagai tempat tumbuh suburnya terorisme. Di negara demokratis semua warga negara memiliki kesempatan untuk menyalurkan semua pandangan politiknya, iklim demokratis menjadikan rakyat sebagai representasi kekuasaan tertinggi dalam pengaturan negara, artinya rakyat merasa dilibatkan dalam pengelolaan negara, hal serupa tentu tidak terjadi di negara non demokratis. Selain tidak memberikan kesempatan partisipasi masyarakat penguasa non demokratis sangat mungkin juga melakukan tindakan represif terhadap rakyatnya. Keterbatasan ini menjadi kultur subur bagi tumbuhnya awal mula kegiatan terorisme.

Pelanggaran Harkat Kemanusiaan
Aksi teror akan muncul jika ada diskriminasi antar etnis atau kelompok dalam masyarakat. Ini terjadi saat ada satu kelompok diperlakukan tidak sama hanya karena warna kulit, agama, atau lainnya. Kelompok yang direndahkan akan mencari cara agar mereka didengar, diakui, dan diperlakukan sama dengan yang lain. Atmosfer seperti ini akan mendorong berkembang biaknya teror.

Radikalisme Ekstrimisme Agama
Butir ini nampaknya tidak asing lagi, peristiwa teror yang terjadi di Indonesia banyak terhubung dengan sebab ini. Radikalisme agama menjadi penyebab unik karena motif yang mendasari kadang bersifat tidak nyata. Beda dengan kemiskinan atau perlakuan diskriminatif yang mudah diamati, radikalisme agama sebagian ditumbuhkan oleh cara pandang dunia para penganutnya. Kesalahan dalam pemahaman jihad menjadikan teroris mengatas namakan jihad dalam tindak terorisme, ini jelas sudah salah dalam pemahaman jihad karena mereka menganggap jihad adalah berperang.

Rasa Putus Asa dan Tidak Berdaya
Kondisi psikologis ini sangat rawan untuk diprovokasi karena orang yang merasa terabaikan dalam lingkungan masyarakat, menderita secara sosial ekonomi dan merasa diperlakukan tidak adil secara politis akan dengan mudah diberikan sugesti untuk meluapkan kemarahan dengan cara kekerasan untuk memperoleh perhatian dari masyarakat sekeliling maupun pemerintah yang berkuasa.

Adapun teroris terinspirasi oleh motif yang berbeda sebagaimana motif terorisme dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu : 
  1. Rasional;
  2. Psikologi; dan
  3. Budaya.
Dari kategori tersebut kemudian dijabarkan lebih luas menjadi seperti di bawah ini :
  1. Membebaskan Tanah Air
    Contohnya seperti Pejuang-pejuang dari Palestina yang pada tanggal 15 Nopember 1988 memproklamasikan kemerdekaannya di Aljazair. Dalam mencapai tujuan tersebut pada akhirnya PLO terbagi atas dua front yaitu front Intifada dan gerakan radikal garis keras seperti yang dikenal dengan sebutan Hamas. Bagi negara Israel, PLO bagaimanapun bentuknya digolongkan ke dalam kelompok teroris.
  2. Memisahkan diri dari pemerintah yang sah (separatis)
    Contohnya seperti IRA (Irish Republica Army) dengan segala bentuk kegiatannya dicap sebagai teroris oleh pemerintah Inggris.
  3. Sebagai protes sistem sosial yang berlaku
    Contohnya seperti Brigade Merah Italia yang memiliki tujuan untuk membebaskan Italia dari kaum kapitalis multinasionalis dan oleh pemerintah Italia dimasukkan ke dalam kelompok teroris. 
  4. Menyingkirkan musuh-musuh politik
    Contohnya banyak yang salah satunya digunakan oleh Kadafi untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya dengan cara mengirirnkan Dead Squad untuk membunuh dan yang paling menonjol yaitu usaha membunuh bekas Perdana Menteri Libya A. Hamid Bakhoush di Mesir yang menggunakan pembunuh-pembunuh bayaran dari Eropa. 
Perlu diketahui bahwa tujuan dari teroris dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Beberapa kelompok teroris menggunakan aksi-aksi teror yang bertujuan jangka pendek untuk melemahkan pihak pemerintah untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka. Adapun tujuan jangka pendek dari tindakan terorisme, yaitu sebagai berikut :
  1. Memperoleh pengakuan dari lokal, nasional maupun dunia internasional atas perjuangannya;
  2. Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat menimbulkan keresahan di masyarakat;
  3. Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat keamanan lainnya;
  4. Menunjukkan ketidakmampuan pemerintah dalam melindungi dan mengamankan warganya;
  5. Memperoleh uang ataupun perlengkapan;
  6. Mengganggu atau menghancurkan sarana komunikasi maupun transportasi;
  7. Mencegah ataupun menghambat keputusan dari badan eksekutif atau legislatif;
  8. Menimbulkan mogok kerja;
  9. Mencegah mengalirnya investasi dari pihak asing atau program bantuan dari luar negeri;
  10. Mempengaruhi jalannya pemilihan umum;
  11. Membebaskan tawanan yang menjadi kelompok mereka;
  12. Memuaskan atau membalaskan dendam.  
Sedangkan tujuan jangka panjang dari tindakan terorisme, yaitu sebagai berikut :
  1. Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan seperti revolusi, perang saudara atau perang antar negara;
  2. Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya;
  3. Mempengaruhi kebijaksanaan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional atau internasional;
  4. Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa atau kelompok nasional. 
Meskipun tidak ada konspirasi internasional yang jelas antar kelompok terorisme, namun tren yang ada menunjukkan peningkatan kerja sama antara kelompok teroris di dunia dengan suatu negara atau pemerintah. Kerjasama ini meliputi bantuan dalam hal sumber daya, tenaga ahli, tempat perlindungan bahkan partisipasi dalam operasi bersama. 

Seiring dengan berkembangnya kerja sama antar kelompok teroris, efisiensi dari operasional kelompok terorisme tersebut serta daerah operasional aksi terornya juga meningkat. Di beberapa negara tertentu pemerintah justru mendukung adanya kerjasama antar kelompok teroris ini. Mereka memberikan dukungan logistik, mengorganisir pertemuan antar pimpinan dari kelompok yang berbeda serta memberikan bantuan dalam pelaksanaan operasinya. Pemerintah tersebut menganggap penggunaan terorisme ini sebagai alternatif dari perang konvensional. Pada intinya pemerintah memanfaatkan kelompok teroris ini sebagai tentara cadangan mereka. Ada beberapa peristiwa penting mengenai kerja sama antar kelompok teroris dunia, antara lain :
  1. Pertemuan Di Badawi
    Sesudah pertemuan di Badawi pada tahun 1971 yang dihadiri berbagai perwakilan organisasi teroris Eropa dan Timur Tengah. Menimbulkan kerja sama dalam pelaksanaan aksi teroris. (Peristiwa serangan lapangan terbang Tel Aviv, Mei 1972).
  2. Pertermuan Larnaca
    Kerja sama yang di bangun dalam pertemuan di Badawi dilanjutkan kemudian dengan pertemuan di Larnaca (Siprus) dalam tahun 1997 yang mengembangkan kerja sama taktis dalam hubungan saling bantu dan saling memperkuat. Usaha tersebut diarahkan untuk menjamin sukses yang lebih besar dalam aksi-aksi teror karena disadari bahwa di samping kemampuan masing-masing organisasi, dibutuhkan pula kerja sama yang lebih luas dengan organisasi lain yang serupa.
  3. Kasus pemboman Konsulat Amerika di Pakistan.
    Al Qaeda membayar sejumlah teroris sektarian lokal Pakistan untuk merencanakan peledakan bom di luar gedung Konsulat Amerika yang menewaskan 12 warga Pakistan (8 Mei 2002).  
Demikian penjelasan singkat mengenai Faktor Penyebab Tindakan Terorisme yang dirangkum dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Jika ada pertanyaan atau tanggapan sehubungan dengan artikel ini, silahkan tinggalkan pesan atau komentar di akhir postingan. Terima kasih.
Baca Juga:
Erisamdy Prayatna
Blogger | Advocate | Legal Consultant
Father of Muh Al Ghifari Ariqin Pradi

Baca Juga: